Selasa, 15 Desember 2020

Lika liku PJJ dimasa Pandemi

  


LIKA LIKU PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ)

Oleh: Sri Rama Yanti,S.Si.,Gr

Guru IPA SMP YLPI P. Marpoyan

 

            Pendidikan menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilam yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha sadar ini tentunya dilakukan oleh seorang pendidik yang memiliki visi dan misi untuk menciptakan generasi emas yang berkarakter dan berprestasi. Pendidikan bukan lagi hanya sebatas kewajiban melainkan suatu kebutuhan.  Bukan hanya sekedar beritikad untuk mentransfer ilmu pengetahuan melainkan mengarahkan dan menuntun minat bakat yang dimiliki peserta didik kearah yang bermanfaat bagi mereka dan lingkungan .

            Seorang pendidik harus banyak belajar dan berbuat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik dengan terus mengembangkan kompetensi diri baik kompetensi dari dalam diri dan dari luar diri seorang pendidik. Dalam memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik, pendidik harus mampu mendesain model pembelajaran yang kooperatif,interaktif dan konstektual. Pembelajaran Interaktif yaitu pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, dimana peserta didik dilibatkan langsung dalam berbagai jenis kegiatan pembelajaran sedangkan pembelajaran kooperatif adalah pemebelajaran yang mengutamakan eksistensi kelompok dengan mengutamakan kolaborasi dalam memecahkan masalah untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu konsep belajar dalam pembelajaran juga harus dapat dikaitkan dengan situasi dunia nyata (konstektual) peserta didik yang mendorong mereka mengaitkan hubungan anatara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran kooperatif,interaktif dan konstektual akan lebih maksimal hasilnya jika dilakukan dengan pembelajaran tatap muka atau sekarang dikenal dengan luring/luar jaringan. Dimana pendidik dan peserta didik dapat langsung berinteraksi dan berkolaborasi secara langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik dapat dengan leluasa menuntun mereka dengan segala kompetensi yang dimiliki.

            Pembelajaran tatap muka untuk masa pandemi COVID-19 ini tidak bisa dilakukan karena virus yang dikenal dengan corona sangat  membahayakan kesehatan manusia. Pandemi ini telah banyak merubah kebiasaan manusia dari cara mereka bekerja, belajar,beraktivitas bahkan cara pergaulan sehari-hari. Semua orang berusaha mencari cara untuk menyesuaikan apa yang sudah menjadi kebiasaan agar tidak berubah khususnya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini mengakibatkan guru dan peserta didik melakukan kegiatan belajar dan mengajar dari rumah untuk menghindari penyebaran virus. Agar peserta didik tetap menerima hak belajar mereka maka pemerintah tetap melaksanakan pembelajaran dengan mengambil kebijakan yang dikenal dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online/daring(dalam jaringan).

            Hal ini tentunya membuat pendidik merasa tidak percaya diri dengan PJJ ini dikarenakan banyak dari pendidik dan peserta didik belum familiar dengan  aplikasi dan media yang berhubungan dengan jaringan internet. Pendidik yang bertanggung jawab tentunya akan mencari tahu apa saja yang dibutuhkan agar PJJ berjalan sebaik mungkin. Disinilah dibutuhkan nilai karakter pendidik yang kreatif,mandiri dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berkualitas. Keluar dari zona nyaman adalah hal yang harus dihadapi pendidik, pendidik harus belajar lagi dalam memahami bagaimana cara berinterkasi secara virtual dengan peserta didik. Penggunaan telegram,wa,zoom,G-Suite, video pembelajaran,ppt dan blog harus terus diperdalam agar media ini menjadi bermanfaat untuk pembelajaran jarak jauh ini.

            Selain mempersiapkan diri dengan meningkatkan kompetensi dibidang IT,guru juga harus bisa mempersiapkan strategi pembelajaran yang menarik. tentunya strategi pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Sebelum merancang pembelajaran baiknya pendidik melakukan observasi tentang kesiapan peserta didik dalam menghadapi PJJ ini. Setelah itu pendidik merumuskan model pembelajaran yang tepat sasaran. Dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh khusunya untuk mata pelajaran IPA diSMP YLPI P. Marpoyan, media komunikasi yang digunakan adalah telegram dan google classroom. Telegram adalah aplikasi chatting yang memungkinkan kita untuk mengirimkan pesan, berbagai foto, video dan audio serta bertukar file sedangkan google classroom adalah layanan gratis yang dikembangkan google untuk membantu peserta didik dan pendidik mengorganisisr tugas, kolaborasi dan menumbuhkan komunikasi yang lebih baik.

            Pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi ini sudah berjalan 8 bulan, ternyata banyak rintangan yang dihadapi baik dari pendidik itu sendiri maupun dari peserta didik. Contoh hal yang paling sederhana adalah dalam penggunaan media komunikasi dengan pesera didik. Peserta didik lebih nyaman menggunakan telegram dari pada google classroom karena penggunaan google classroom membutuhkan pemahaman yang mendalam untuk mempelajarinya. Peserta didik kesulitan dalam mengupload tugas kedalam google classroom dan mempelajari fitur-fitur yang ada dalam google classroom. Memang selama ini peserta didik terbiasa dengan aplikasi komunikasi sederhana yaitu wa, sehingga mereka harus belajar lagi untuk memahami aplikasi komunikasi lainnya. Akhirnya penggunaan telegram  untuk media komunikasi dalam PJJ lebih sederhana dan penggunaannya mirip dengan aplikasi wa.

            Selama PJJ kegiatan pembelaran harus tetap sistematis yaitu terdapat pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Semua ini dirancang dalam Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP). Penyediaan bahan ajar berupa video pembelajaran, quizziz, google form, modul dalam bentuk blog/google site dan ppt harus disiapkan lebih awal. Untuk membuat bahan ajar ini kita harus banyak belajar untuk memperdalaminya baik secara mandiri maupun dengan mengikuti pelatihan. Banyak kendala untuk mempelajari media dan aplikasi ini karena kita sebagai pendidik memiliki rutinitas yang lain seperti menyiapkan administrasi pembelajaran, urusan rumah tangga dan membimbing anak anak dirumah. Disinilah diperlukannya kemampuan manajerial seorang pendidik, selain itu kerjasama dan dukungan  warga sekolah dan keluarga berperan penting agar tugas terlaksana dengan baik.

            Setelah menyiapkan media kita membuat rancangan RPP yang sederhana dan mudah dipahami peserta didik karena waktu belajar selama daring hanya 30 menit. Walaupun RPP dirancang sederhana tetap memiliki tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan Kompotensi dasar. Dari segi waktu belajar ini, pendidik merasa waktu yang ada belum dapat mengakomodir semua tujuan pembelajaran sehingga sebagian besar peserta didik belum maksimal memahami materi yang disampaikan. Peserta didik harus secara mandiri mempelajari materi dirumah dan melakukan diskusi melalui telegram jika ditemukan masalah. Namun, hal ini tidak dilakukan peserta didik, peserta didik hanya belajar sesuai jadwal belajar dari sekolah. Hal ini menandakan semangat dan motivasi belajar peserta didik yang rendah.

            Jika semua telah disiapkan tibalah waktunya pembelajaran dimulai dengan membuka pelajaran dan mengabsen peserta didik di media telegram baik dengan voice note maupun tulisan kemudian mengirimkan bahan ajar digrup telegram dan berdiskusi mengenai materi yang disampaikan dengan tetap mengedepankan 5 M (mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasikan). Selain media telegram pembelajaran jarak jauh secara virtual dengan menggunakan aplikasi zoom atau google meet juga menjadi pilihan pendidik untuk berinteraksi melalui video dengan peserta didik. Kelas virtual merupakan kelas berbasi web, dimanan guru dan peserta didik dapat berinteraksi kapan saja, dimana saja tak terbatas tempat dan waktu. Sama seperti di kelas dunia nyata, seorang peserta didik di sebuah kelas virtual dapat saling berinteraksi, yang berarti bahwa guru dan peserta didik masuk ketempat belajar virtual pada saat yang sama. Namun, beberapa kali pembelajaran di kelas virtual dilaksanakan tidak semua peserta didik bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Masalahnya  berhubungan erat dengan yang namanya jaringan internet/ paket kuota internet. Jika peserta didik tidak memiliki paket kuota atau jaringan bermasalah maka otomatis peserta didik tidak bisa bergabung dalam kelas virtual. Hal ini menjadi kendala besar pendidik, karena pembelajaran yang baik dimasa pandemi ini adalah pembelajaran dikelas virtual.

            Hal yang paling mendasar dalam PJJ adalah masalah ekonomi. Orang tua harus mengeluarkan biaya khusus untuk pembelian paket data dan ini menjadi kesulitan paling utama pada peserta didik khususnya bagi anak yang ekonomi keuangannya rendah. Bagi orang tua yang ekonomi keuangannya mapan, hal ini tidak menjadi penghalang melainkan masalah lain yang timbul yaitu pada diri anak itu sendiri. Untuk mengatasi kesulitan tersebut sekolah melakukan pembelajaran luring(luar jaringan) kepada peserta didik tertentu dan tentunya sudah dikomunikasikan kepada orang tua. Selama pembelajaran luring peserta didik wajib mematuhi protokol kesehatan. Selain jaringan internet,  kita sebagai pendidik juga tidak bisa mengontrol apa yang mereka perbuat selama pembelajaran berlangsung termasuk juga dalam pengerjaan tugas. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam membimbing agar peserta didik tetap menjaga karakter positif yang mereka miliki seperti disiplin,tanggung jawab dan kreatif karena jika karakter ini masih tertanam maka tujuan pembelajaran akan tercapai.

            Pelaksanaan PJJ dimasa pandemi COVID-19 tidak bisah maksimal dan menyeluruh, diperkirakan hanya 70 % pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Seperti yang telah disebutkan diatas ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu jaringan internet yang lelet, masalah ekonomi keluarga, motivasi belajar peserta didik yang rendah dan kurang makasimalnya pendampingan orang tua dirumah.  Untuk masalah pendampingan orang tua dirumah yang tidak bisa maksimal dikarenakan kedua orangtuanya bekerja, single parent dan minimnya pengetahuan dalam memahami materi  pada mata pelajaran disekolah. Padahal dimasa PJJ ini orang tua harus berperan aktif dalam pembelajaran sebab mereka menggantikan tugas guru  yang selalu ada dalam mendampingi mereka ketika belajar dirumah. Tentu hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius bagi sekolah. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengkomunikasikan segala sesuatunya  kepada orangtua dan peserta didik, tetapi hal ini juga belum berhasil karena pada dasarnya motivasi belajar peserta didik yang sangat rendah dan untuk membangkitkannya butuh kerjasama yang baik antara orang tua, guru dan peserta didik.

            Banyak sekali yang dirasakan dalam PJJ ini seperti bagaimana beradaptasi dengan teknologi saat ini, bagaimana mendesain pembelajaran yang bermakna dan bagaimana dapat memenuhi hak belajar anak. Tetapi apa yang telah kita rencanakan dan perbuat tentulah masih jauh dari kata sempurna, yang terpenting terus berusaha memberikan yang terbaik dan berbuat untuk mereka. Semoga wabah corona ini cepat berlalu dan semua berjalan seperti biasanya. Ujian yang sekarang dihadapi semoga menghasilkan  kekuatan yang kokoh untuk menyongsong masa depan yang gemilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Best Practise Pengaruh suhu,waktu dan pH KOMBUCHA

Menganalisis pengaruh suhu, pH serta waktu fermentasi pada pembuatan minuman KOMBUCHA   melalui analisis data menggunakan Artificial Intelli...